Mengenal Soichiro Honda (Bagian-2, Tamat)

Pada akhir bagian pertama, diceritakan bagaimana Honda diangkat menjadi kepala bengkel Art Shokai di kota Hamamatsu. Di bawah kendali Honda, bengkel berkembang pesat dan menjadi besar. Dimulai dari bengkel dengan 1 karyawan, kemudian berkembang menjadi 50 karyawan. Pencapaian yang cukup fantastis, mengingat semua itu diraih dalam waktu yang relatif singkat, yaitu dalam kurun waktu 3 tahun.

soichiro honda, pendiri honda
Kemudian pada tahun 1933, Honda berhasil mewujudkan mimpinya untuk membuat mobil balap impiannya. Mobil balap tersebut didesain dengan basis mesin pesawat terbang Curtis A1. Nama Curtis kemudian diberikan pada mobil balap ciptaan Honda. Yang mencengangkan, dengan mobil tersebut Honda mampu memenangi sebuah kejuaraan di Jepang. Meskipun Honda hanya berperan sebagai navigator.
Masih di tahun yang sama, Honda kemudian menikah dengan seorang wanita dari kalangan berpendidikan, yaitu Sachi. Setahun berselang, Honda mulai merintis kariernya di bidang otomotif. Honda ingin mewujudkan mimpinya untuk membuat mesin mobil sendiri. Dengan tekad baja, Honda kemudian mempelajari komponen-komponen mesin mobil, utamanya komponen yang saat itu sangat mahal, yaitu ring piston. Tekadnya ini diwujudkan dengan membuat workshop sendiri, yang lokasinya bersebelahan dengan bengkel Art Shokai di Hamamatsu. Honda kemudian memberinya namaPusat Penelitian Ring Piston ART. Akan tetapi, kali ini Honda gagal total. Ring piston buatannya selalu patah atau menggores dinding blok silinder. Kegagalan Honda juga berlanjut ketika desain ring pistonnya ditolak pabrikan Toyota. Menyadari kegagalannya, Honda kemudian memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya. Meskipun sudah berumur 28 tahun, Honda kemudian masuk ke perguruan tinggi Hamamatsu demi mewujudkan mimpinya membuat ring piston mobil.

Akhirnya tahun 1937 mimpi Honda untuk membuat ring piston sendiri terwujud. Untuk pertama kalinya, Honda berhasil membuat ring piston yang sempurna. Setahun berselang, Honda kemudian mendirikan Pabrik Ring Piston pertamanya yang diberi nama Tokai Seiki.  Bengkel Art Shokai ditinggalkan dan diserahkan kepada anak buahnya yang layak memimpin. Singkat kata, pabrik ring piston milik Honda berkembang pesat. Buktinya, Honda mampu menyuplai ring piston ke pabrik mobil Toyota dan Nakajima Aircraft yang memproduksi mesin pesawat terbang. Namun, pada tahun 1945, meletus perang dunia ke 2. Jepang kalah oleh pasukan sekutu. Pabrikan Ring piston milik Honda hancur akibat serangan pasukan sekutu.
Dengan situasi yang hancur lebur, Honda mencoba membangun kembali pabriknya. Setelah pabrik berdiri dan operasional berjalan, cobaan datang lagi menghampiri.Jepang dilanda gempa bumi dahsyat yang membuat pabriknya rata dengan tanah.
Di tengah kehancurannya, tahun 1947 Honda menjual pabrik pertamanya tersebut kepada Toyota. Honda kemudian mengalami menjadi jatuh miskin sebagaimana penduduk Jepang lainnya. Untuk bepergian kemana-mana, dirinya harus menggunakan sepeda. Tak dinyana, Honda justru menemukan sebuah ide briliant yang akan mengubah dunia. Honda terpikir untuk membuat sepeda dengan ditambah motor sehingga pemakainya tidak perlu repot menggenjot. Juga tidak boros bensin sebagaimana menggunakan mobil.

Awalnya, Honda berpikir bagaimana bila menggabungkan mesin bekas sisa perang ke sepeda yang ditungganginya agar tidak repot lagi menggenjot sepeda. Ternyata banyak orang yang kemudian tertarik dengan sepeda bermotor buatan Honda ini.

Pada November 1947, Honda berhasil membuat motor pertamanya yang diberi nama Nama A-Type. Motor ini kemudian dikenal dengan nama Chimney. Motor ini sangat sederhana dan bentuknya lebih mirip dengan sepeda yang diberi mesin. Motor ini ternyata sukses besar. Kesuksesan ini membuat Honda berpikir untuk mendirikan pabrik kembali. Akan tetapi, di balik cerita sukses A-Type, ada kisah pedih lain buat Honda. Honda hampir bangkrut dikarenakan manajemen keuangan yang sangat buruk. Namun semuanya berubah ketika Honda bertemu seorang ahli keuangan & marketing Takeo Fujisawa. Nantinya Takeo Fukisawa menjadi salah satu cerita sukses di Pemasaran Produk Honda baik di Pasar Domestik Jepang ataupun Pasar Global.

Cerita itu dimulai.  24 September 1948, Soichiro Honda mendirikan pabrik motor pertamanya yang diberi nama Honda Motor Company. Honda berhasil menghadirkan motor baru berlabel B-Type, kemudian C-Type yang merupakan pengembangan dari A-Type dengan mesin baru 90cc. Keberhasilan Honda ini tak bisa dilepaskan begitu saja dari sosok Takeo Fujisawa yang membantu Honda di bidang keuangan dan manajement. Inovasi Honda tidak berhenti sampai di situ. Tahun 1949, Honda merilis D-Type yang sudah berbentuk motor. Tidak seperti model sebelumnya yang lebih mirip sepeda dengan mesin. Honda D-Type yang dikenal luas dengan nama Honda Dream menggunakan mesin 2-Tak 98cc. Tenaganya sebesar 3PS. Akan tetapi, Honda Dream ternyata memiliki kekurangan yang cukup menganggu yaitu asap yang mengebul dan suara berisik.  Honda bertindak cepat dengan hadirnya motor baru E-Type, dengan mesin 4-Tak. Motor ini kemudian sukses besar di Jepang. Honda terus berinovasi dan menghasilkan F-Type, Honda Benly, Honda C-70 Twin, hingga Honda Super Cub. Kesuksesan di Jepang diikuti dengan keberhasilan Honda menembus pasar Amerika pada tahun 1959.

Kesuksesan ini tidak membuat Honda berpuas diri. Dirinya masih memendam mimpi untuk menaklukkan ajang Balap Internasional. Ajang yang belum pernah diikuti oleh Honda. Tahun 1959, hal ini diwujudkan dengan keikutsertaan Honda di ajang kejuaraan Isle Of Man TT (IOM TT) 125cc yang  merupakan salah satu seri dari kejuaraan WorldGP (MotoGP). Honda menggunakan dua motornya RC141 & RC142. Hasilnya, tidak mengecewakan. Honda mendapatkan gelar Manufacturers Team Award. Setelah itu, pada 1960, Honda memutuskan untuk sepenuhnya terjun di  kejuaraan WorldGP baik di kelas 125cc maupun kelas 250cc. Hasilnya, Honda gagal total. Tak ingin larut dalam kegagalan, Honda mencoba bangkit. Tahun 1961, Honda mengikuti ajang WorldGP berbekal 2 motor baru bermesin 4-Tak,  2RC143 dan RC162. Mesin 4-Tak Honda cukup inovatif kala itu, mengingat pabrikan lainnya masih menggunakan mesin 2-Tak. Hasilnya, Honda sukses besar dengan berhasil merebut dua gelar juara dunia baik di kelas 125 maupun di kelas 250 cc. Berkat kesuksesan tersebut, tahun 1962, Honda memberanikan diri terjun di tiga kelas sekaligus yaitu kelas 125cc, kelas 250cc dan kelas 350cc. Hasilnya benar-benar luar biasa. Honda berhasil menjadi juara di ketiga kelas yang berbeda tersebut. Soichiro Honda tidak terlena dengan kemenangan-kemenangan tersebut. Tahun 1966, Soichiro Honda menciptakan Honda RC166 dan Honda RC149 dan berhasil menjadi juara dunia kelas 125 cc maupun kelas 250cc. Sayangnya, karena aturan yang membatasi penggunaan jumlah silinder, tahun 1968, Honda terpaksa harus menarik diri dari kejuaraan. Baru pada tahun 1978, Honda kembali ikut serta di Ajang WorldGP dengan Honda NR500. Sayangnya, comeback Honda ini tidak berjalan mulus. Baru pada tahun 1982, Honda turun dengan NS500, Motor 2-Tak 500cc bermesin V-3. Hasilnya, tahun 1983, Honda menjadi juara dunia bersama pembalapnya Freddie Spencer.  Inovasi tidak berhenti di situ. Setelah era Honda NS500, Honda terus mengembangkan motor balapnya. Atas kesuksesannya di ajang balap internasional tersebut, Honda dikenal di penjuru dunia. Dan sekarang, Honda menjadi salah satu pabrikan motor terbesar di dunia.

Honda akhirnya memang sukses dengan mimpi-mimpinya. Dan pada usia 84 tahun, Soichiro Honda meninggal dunia, tepatnya pada 5 Agustus 1991 setelah sebelumnya menjalani perawatan di RS Juntendo, Tokyo akibat penyakit lever.



0 Response to "Mengenal Soichiro Honda (Bagian-2, Tamat)"

Post a Comment